Jumat, 27 April 2018

Skripsi Kualitatif BAB I Pendahuluan dan poin-poinnya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu kewajiban individual setiap Muslim. Karena dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian ajaran Islam yang menyeru dalam  kebaikan  dengan tujuan utama mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SAW. yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai oleh AllahSAWsesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.
Kesadaran akan kewajiban berdakwah harus ada pada diri setiap Muslim. Berdakwah sama wajibnya dengan ibadah ritual seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Setiap Muslim adalah da'i (juru  dakwah). Menjadi seorang Muslim, otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubaligh, bila dan  dimana saja,  di segala bidang dan ruang. Kedudukan kuadrat yang diberikan Islam kepada pemeluknya ialah menjadi seorang Muslim merangkap menjadi juru dakwah atau mubaligh, sebagaimana sabda Nabi Muhammad  SAW:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَو آيَةً

 Artinya:
”Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat[1]
Dalam kegiatan dakwahsering kali diartikan  ditengah-tengah masyarakat hanya berupa ceramah agama yakni ulama sebagai pendakwah menyampaikan pesannya  dihadapan khalayak. Sejatinya, dakwah bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh agama, karena dakwah Islam memiliki cakupan yang luas dalam semua aspek kehidupan. Ia memiliki ragam bentuk, metode, media, pesan, pelaku dan mitra dakwah. Apapun yang terkait dengan Islam pasti ada unsur dakwahnya.
Salah satu dari unsur dakwah adalah materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan kepada mitra dakwah. Dalam hal ini pesandakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Inti ajaran agama Islam adalah meliputi akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan pondasi utama dalam beragama, yang di dalamnya memuat sistem  keyakinan atau iman. Syariah meliputi sistem  peribadatan makhluk dengan khaliqnya, sedangkan akhlak meliputi sistem  relasi antar makhluk.
Dakwah berusaha  membimbing  untuk  membimbing  umat  Islam  agar  kesadaran  keagamaannya  tumbuh  dalam  melaksanakan  ajaran  agama  dengan  cara  yang  bijak  sehingga  memberikan  dampak  yang  konstruktif  bagi  kehidupan  masyarakat  luar.  Herman  Soerwardi  mengemukakan  tiga  tujuan  operasional  dakwah,  yaitu:  (1)  menjadikan  orang  lurus  dan  benar  dengan  melakukan  kebaikan  dan menghilangkan  kemungkaran  (amar  ma’ruf  dan  nahyi  munkar);  (2)   melahirkan  kekuatan  pada  diri  seseorang  melalui  karya-karyanya,  karsa;  (3)  meningkatkan  propesionalisme  dibidang masing-masing.[2]
Dalam  komunikasi  dakwah  nilai-nilai  Islam  disosialisasikan  dengan  cara  yang  bijak  dan  damai.  Dan  menyampaikan  pesan-pesannya  dengan  cara  yang  gampang  dimengerti  oleh  jama’ah,  terutama  pada  anak-anak  dan  remaja  yang  mana  mereka  masih  belum  bisa  menempatkan  diri  dalam  berpikir  yang  logis.  Namun  kadang-kadang  masih  bernuansa  indoktrinasi,  menakut-nakuti,  dan  kurang  mampu  mengembangkan  penalaran  masyarakat  sehingga  masyarakat tidak  bisa  berpikir  logis.
Oleh  karena  itu, pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi dakwah kepada khalayak harus mengandung:
Pertama, Basyiran wa Nadziran, kabar baik dan peringatan. Basyira atau kabar gembira adalah informasi mengenai  pahala,  imbalan, berkah, manfaat, faidah, kebaikan, atau keuntungan bagi pelaku kebaikan atau yang menjalankan ajaran Islam (perintah Allah SWT).  Sedangkan  Nadzira (peringatan) adalah kabar buruk.berupa informasi tentang ancaman atau balasan bagi pelaku keburukan,  kejahatan, atau perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam  (pelanggaran atas  larangan  Allah SWT).  Adapun   kedua, ‘Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, ajakan kepada kebaikan (ma’rufat) atau menegakkan kebaikan sekaligus mencegah dan  melenyapkan  kemunkaran (munkarot) atau keburukan.[3]
Agar komunikasi dakwah bisa meliputi akidah, syariah dan akhlak harus memiliki metode dalam penyampaian dakwah dengan menyesuaikan lingkungan, jaman, dan khalayak. Jika melihat realita masyarakat  di era modern saat ini, dakwah dengan menggunakan metode klasik (ceramah) lebih didominasi oleh kelompok orang tua ketimbang remaja sehingga banyak dikalangan remaja minimnya  pengetahuan  ilmu  agama.
Pemberian wawasan keagamaan kepada psikolog iremaja sangat penting hal ini bertujuan untuk pembentukan prilaku yang baik dan terarah. Perkembangan secara  biologis dan fisiologis dalam diri remaja dapat berimbas pada terbentuknya perilaku-perilaku maupun penyimpangan-penyimpangan perilaku yang baru bagi para remaja. Hal ini karena remaja memiliki sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan dan lain-lainnya.
Remaja kelompok masyarakat yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan kelompok lain. Oleh karena itu, jika kelompok yang jumlahnya  banyak ini berada dalam kondisi moral yang membahayakan nasib dan masa depannya, maka akibatnya tidak hanya untuk yang bersangkutan saja, tetapi juga bagi kelangsungan hidup bangsa pada umumnya, karena para remaja merupakan aset  bangsa yang ditangannyalah nasib masa depan bangsa berada. Dalam hal ini tidak berlebihan karena fase remaja merupakan fase peralihan dari  anak menuju dewasa.
Dalam fase peralihan dari  anak menuju dewasa, remaja lebih banyak memiliki potensi diri untuk berkembang, baik dalam aspek biologis, psikologis maupun kesenangan-kesenangan dalam kehidupan, dan juga secara pisik maupun psikis. Perubahan pisik merupakan perubahan rangkaian yang paling jelas dan  Nampak  dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlansung   pada  masa  pubertas  atas  pada awal masa remaja yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pad apria.[4]
Adapun pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun  secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut: secara intelektualnya remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak; mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi; wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri). Sedangkan pada perubahan psikis adalah semua perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat dengan membawa akibat bahwa fokus  utama dari perhatian remaja  adalah dirinya sendiri.
Masyarakat  sekarang  sangat  memperhatinkan  dalam  pemahaman  agamanya,  minimnya  pengetahuan  agama  membuat  mereka  lebih  cendrung  hanya  memikirkan  dunia  sendiri.  Sebagaimana  dalam  pengamatan  sementara  penulis  bahwa  moralitas  keagamaan  sekarang  sangat  perlu  untuk  diperbaiki  khususnya  kepada  anak-anak  remaja,  seperti  perbuatan  kriminalitas  pencurian,  minun- minuman  keras, dan  perbuatan  asusila  lainnya.  dengan  kejadian  ini  berbagai  media  massa  sering  meliput  tindakan  kriminalitas  yang  kerap  kali  dilakukan  oleh  minoritas  remaja.  Hal  ini  memberi  pengaruh  akhlak  masyarakat  ke akhlak  yang  buruk.

Di zaman yang serba modern ini, remaja semakin lupa dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan sebagai generasi penerus yaitu kewajiban belajar, patuh pada orangtua dan juga agama. Para remaja sekarang lebih mementingkan hura-hura (hedonis) dan memperturutkan hawa nafsu dari pada menjalankan kewajiban. Hal inilah yang dikhawatirkan, moral bangsa akan terabaikan dan tidak sedikit orang tua yang lebih cenderung memenuhi kebutuhan fisik buah hatinya dari pada kebutuhan ruhani mereka.
Faktor yang mempengaruhi terhadap nilai dan moral remaja adalah faktor  lingkungan yang mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terjadi  dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu juga kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia didalam lingkungannya akan berpengaruh juga terhadap perkembangan nilai dan norma tersebut.
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, remaja  yang  tumbuh  dan  berkembang  pada  lingkungan  keluarga,  sekolah  dan  masyarakat  yang  kondusif  yang  penuh  rasa  aman  secara  psikologis,  pola  interaksi  yang  demokratis,  penuh kasih sayang, tidak  menjadi  jaminan  akhlak  yang  baik  bila  tidak  diimbangi  dengan  dunia  religiusnya.  Sehingga  kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada di dalam dirinya.
Dakwah  dapat  dipandang  sebagai  proses  pendidikan  apabila  proses  tersebut  berjalan  dengan  baik  di kalangan  remaja,  maka  akan  menghasilkan  generasi  muda  yang  memiliki  komitmen  yang  kuat.  Mereka  adalah  para  pemuda  yang  selalu  siap  mengemban  misi  kemanusiaan  kepada  masyarakat yang ada  di lingkungannya dan siaga dalam memenuhi panggilan yang diserukan oleh negara. Dakwah  untuk  remaja  dapat  disandarkan  pada  salah  satu  hadits  Nabi  Muhammad  SAW  yang  disampaikan  oleh  Abu  Hurairah  sebagai  berikut:
سَبْعَةٌيُظِلُّهُمْاللَّهُفِيظِلِّهِيَوْمَلَاظِلَّإِلَّاظِلُّهُ: الْإِمَامُالْعَادِلُوَشَابٌّنَشَأَفِيعِبَادَةِرَبِّهِوَرَجُلٌقَلْبُهُمُعَلَّقٌفِيالْمَسَاجِدِوَرَجُلَانِتَحَابَّافِياللَّهِاجْتَمَعَاعَلَيْهِوَتَفَرَّقَاعَلَيْهِوَرَجُلٌطَلَبَتْهُامْرَأَةٌذَاتُمَنْصِبٍوَجَمَالٍفَقَالَإِنِّيأَخَافُاللَّهَوَرَجُلٌتَصَدَّقَأَخْفَىحَتَّىلَاتَعْلَمَشِمَالُهُمَاتُنْفِقُيَمِينُهُوَرَجُلٌذَكَرَاللَّهَخَالِيًافَفَاضَتْعَيْنَا

Artinya:
Ada  tujuh  golongan  manusia  yang  akan  mendapat  naungan  Allah  pada  hari  yang  tidak  ada  naungan  kecuali  naungan-Nya:  1.  Pemimpin  yang  adil,  2.  Pemuda  yang   tumbuh  di  atas  kebiasaan  ibadah  kepada  Rabbnya,  3.  Lelaki  yang  hatinya  terpaut  dengan  masjid,  4.  Dua  orang  yang  saling  mencintai  karena  Allah,  sehingga  mereka  tidak  bertemu  dan  tidak  juga  berpisah  kecuali  karena  Allah,  5.  Lelaki  yang  diajak  (berzina)  oleh  seorang  wanita  yang  mempunyai  kedudukan  lagi  cantik  lalu  dia  berkata,  Aku  takut   kepada  Allah,  6.  Orang  yang  bersedekah  dengan  sembunyi-sembunyi,  hingga  tangan  kirinya  tidak  mengetahui  apa  yang  diinfakkan  oleh  tangan  kanannya,  7.  Orang  yang  berdzikir  kepada  Allah  dalam  keadaan  sendiri  hingga  kedua  matanya  basah  karena  menangis.[5]

Hadits  di  atas  secara  jelas  dapat  menjadi  penegas  bahwa  dakwah  dikalangan  remaja  menjadi  penting  untuk  menjadikan  remaja  maupun  pemuda  sebagai  generasi  penerus  yang  terbiasa  beribadah.  Secara  langsung,  dalam  hadits  tersebut,  tujuan  dakwah  adalah  untuk  memasukkan  remaja  kedalam  salah  satu  dari  tujuh  golongan  yang  masuk  surga.  Adapun  secara  duniawi,  dengan  adanya  dakwah  dikalangan  remaja  akan  menjadikan  remaja  sebagai  generasi  penerus  bangsa  dan  syiar  agama  yang  berkualitas.
Seorang  remaja  bisa  mengantisipasinya  dengan  berbagai  macam  etika  terutama  dalam  berkomunikasi,  yang  mana  dalam  hal  ini  penulis  ingin  mengkaji  masalah  tentang  bagaimana  pola  pembelajaran  berkomunikasi  yang  tak  lepas  dari  komunikasi  dakwah.  Maka  penulis  sangat  tertarik  untuk  mengadakan  penelitian  dan  diolah  menjadi  karya  tulis  ilmiah  dalam  bentuk  skripsi  yang  berjudul:  “Pola  Komunikasi  Dakwah  Dalam  Pembinaan  Akhlak  Remaja  Di  Wilayah  Kerja  PC  Persis Cikijing Desa Sindang  Kec. Cikijing Kab. Majalengka”.
                                                                                                       
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  pada  uraian  latar  belakang  tersebut  diatas,  maka  untuk  lebih  mengarahkan  penelitian  permasalahan  dalam  proposal  ini  dirumuskan  secara  oprasional  sebagai  berikut :
1.      Bagaimana  pola  komunkasi  dakwah  di wilayah  kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
2.      Bagaimana  pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
3.      Apa  saja  faktor-faktor  pendukung  dan  penghambat  dalam pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka.
C.    Tujuan  dan  Manfaat  Penelitian
1.         Tujuan  Penelitian
Berdasarkan  batasan dan  rumus  masalah  di  atas,  maka  tujuan  penelitian  yang  hendak  dicapai  adalah:
a.       Untuk  mengetahui  pola komunikasi dakwah di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab.. Majalengka.
b.      Untuk  mengetahui pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
c.       Untuk mengetahui faktor-faktor  pendukung  dan  penghambat  dalam  pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka.
2.         Manfaat  Penelitian
Adapun  penelitian  ini  diharapkan dapat  bermanfaat:
a.       Secara teoritis
1)      Hasil  penelitian  ini  dapat  menjadi  wacana  tentang  pengembangan  metode  dakwah,  khususnya  yang  berhubungan  dengan  dakwah  di  kalangan  remaja.
2)      Penelitian  ini  diharapkan  mampu  menjadi  tambahan  dan  media  pembanding  dalam  khazanah  keilmuan  di  bidang  komunikasi  dan  penyiaran  Islam,  khususnya  berkaitan  dengan  metode  dakwah  bagi  para  remaja.

b.      Secara praktis
1)      Penelitian  ini  dapat  dijadikan  sebagai  salah  satu  sarana  penulis  dalam  mempraktekkan  ilmu-ilmu  pengetahuan  (teori)  yang  telah  penulis  dapatkan  selama  belajar  di  institusi  tempat  penulis  belajar.
2)      Hasil  penelitian  ini  diharapkan  mampu  memberikan  manfaat  sebagai  contoh  sekaligus  acuan  dalam  upaya  mengembangkan  metode  dakwah  di  masyarakat,  khususnya  bagi  kalangan  remaja.

D.    Kerangka  Berpikir
Kerangka  pikir  dapat  berupa  kerangka  teori  dan  dapat  pula  berupa  kerangka  penalaran  logis.  Kerangka  pikir  merupakan  uraian  ringkas  tentang  teori  digunakan  dan  cara  menggunakan  teori  tersebut  dalam  menjawab  pertanyaan  penelitian.[6]  kerangka  berpikir  itu  bersifat  operasional  yang  diturunkan  dari  satu  atau  beberapa  teori  atau  dari  beberapa  pernyataan-pernyataan  logis.  Dalam  kerangka  berpikir  inilah  akan  didudukan  masalah  penelitian  yang  telah  diidentifikasikan  dalam  kerangka  teoritis  yang  relevan  dan  mampu  mengungkap,  menerangkan  serta  menunjukan  perspektif  terhadap  atau  dengan  masalah  penelitian.
Dalam  proses  pemikiran  mengenai pola  komunikasi  dakwah  dalam  pembinaan  akhlak  remaja.  Pembinaan  adalah  usaha,  tindakan  dan  usaha  yang  dilakukan  secara  berdayaguna  dan  berhasil  guna  untuk  memperoleh  hasil  yang  baik.  Artinya,  sebuah  kegiatan  yang  dilaksanakan  secara  efektif  dan  efisien  untuk  memelihara  dan  meningkatkan  suatu  kondisi  positif  yang  sudah  ada.  Apa  bila  keadaannya  terdapat  keadaan  yang  kurang  baik,  maka  diadakan  kegiatan  untuk  memperbaiki  keadaan  tersebut.
Oleh  sebab  itu,  dalam  komunikasi  dakwah  untuk  pembinaan  akhlak  ramaja  seorang  da’i perlu  mempunyai  metode  (uslub) atau pemikiran terdepan sehingga  ia  bisa  menyampaikan  dakwahnya  secara  bijak  dan  arif. Untuk mengetahui  bagaimana  metode  atau  strategi  untuk  menangani problematika remaja   dan  bisa  diterapkan  dalam  psikologi  remaja,  maka  perlu  berangkat  dari  teori  awal  mengenai  metode  dakwah  itu  sendiri.  Berawal  dari  beberapa  metode  tersebut  dapat  dikembangkan  dalam  penerapan  melalui  terlebidahulu  mengetahui  problematika  objek.
Seorang  filsuf  berkebangsaan  Amerika  mengembangkan  teori  untuk  memengaruhi  orang  lain  agar  berubah  menjadi  lebih  baik.  Beliau  menamai  teorinya  on  caring  (seni  memperhatikan).  Dalam  buku  “Seni  Memperhatikan”  Mayeroff  menulis:
Memperhatikan berarti menolong pribadi lain berkembang dan mewujudkan diri merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi dengan seseorang yang mengandaikan perkembangan, sama halnya dengan persahabatan yang hanya dapat terbentuk dalam waktu berkat kepercayaan timbal balik dan melalui transormasi kualitatif sebuah relasi yang semakin mendalam.[7]
Mayeroff,  dalam  teori  tersebut  menandaskan  bahwa  pada  intinya, dalam  merubah  orang  lain  kita  harus  terlebih  dahulu  mengenal  orang  lain  tersebut,  kemudian  memercayai  orang  tersebut  dapat  dan  ingin  berubah  dengan  penuh  kesabaran.  Pada  akhirnya,  seluruh  aktifitas  memperhatikan  yang  kita  lakukan  akan  mendorong  orang  tersebut  untuk  termotivasi  merubah  dirinya  menjadi  lebih  baik.
Dalam  mengubah  orang  lain,  kita  harus  mengubah  sikap  kita  terhadap  mereka  (tentu  saja  dalam  artian  positif)  agar  kita  mendapatkan  perhatian  mereka.  Setelah  perhatian  mereka  dapat  kita  curi,  biasanya  mereka  akan  menerima  apa  yang  kita  sampaikan.  Hal  ini sesuai  dengan  firman  Allah SWT Q.S.  Al-Baqarah  ayat  44:
أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Artinya:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”.  (QS al-Baqarah  2:44)
Proses  penerapan  dakwah  kepada  psikologi  remaja  harus  memahami  kondisi  remaja  yang  menjadi  pihak  penerima  materi  dakwah.  Selain  pemahaman  terhadap  kondisi  diri  remaja,  da’i  juga  harus  memperhatikan  keadaan  lingkungan  dan  perkembangan  budaya  remaja  yang  sedang  berlangsung.  Seperti  diera  modern  saat  ini,  kenakalan  remaja  adalah  topik  yang  sangat  penting  untuk  dibicarakan.  Terutama  bagi  kedua  orang  tua  dan  orang-orang  yang  memiliki  kepedulian  sosial.  Oleh  sebab  itu,  da’i  perlu  mengembangkan  metode  dakwahnya  dalam  komunikasi  dakwah  agar  bisa  menerapkannya  dalam  proses  pembinaan  akhlak  remaja.
Terkait  dengan  pengembangan  metode,  Islam  tidak  melarang  tentang  penggunaan  metode  dalam  berdakwah.  Hal  ini  dapat  terlihat  dari  firman  Allah  SWT  dalam  Q.S.  An-Nahl  ayat  125:
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥

Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S.  An-Nahl 16:125)
Firman  Allah  di  atas  menjelaskan  bahwa  dalam  menyeru  kejalan  Allah  azza  wa   jalla,  umat  Islam  diperbolehkan  menggunakan  salah  satu,  sebagian  maupun  seluruh  metode  yang  disebutkan  dalam  firman  tersebut.  Oleh  sebab  itu,  metode  apapun  yang  digunakan  dalam  berdakwah,  asal  tidak  bertentangan  dengan  syari’at  Islam,  dapat  dipergunakan  untuk  mengembangkan  syiar  Islam.

E.     Langkah-langkah Penelitian
1.      Metode  Penelitian
Dalam penelitian ini, berdasarkan tema yang ada maka peneliti menggunakan penelitian dekriptifkualitatifdengan pendekatanfenomenologis. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang sifatnya  holistik dan sistematik terkait sebagai keseluruhan, tidak tertumpu pada pengukuran, sebab penjelasan mengenai suatu gejala diperoleh dari perilaku, atau pelaku sendiri yang menafsirkan mengenai tindakannya. Alat pengumpulan datanya adalah penelitian sendiri.[8]Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut.Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif pertisipan.[9]
Pertisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat pemikiran dan persepsinya. Kemudian secara holistik dengan cara mendeskrifsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatklan berbagai metode alamiah.[10]

2.      Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini jenis data yang bersifatkualitatif yaitu data yang berbentuk kata-kata, dalam bentuk angka-angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data seperti wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui potretan atau rekaman video.
Adapun format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai penomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai situasi ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.[11]
Deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus yang merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial.

3.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah sumber data prime dan data skunder:
a.       Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.
Data Primer yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan pembina remaja dan masyarakat setempat yang ada di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka yaitu: Ust. Ajang Supriatna sebagai Mudir MTS PERSIS SINDANG, Ust. Zafar Sidiq A sebagai ketua Pembina remaja MTS PERSIS SINDANG, Bapak Sahnan sebagai Ketua DKM masjid AL-Furqan desa Sindang tempat salah satu berlansungnya pembinaan remaja, beberapa masyarakat dan remaja  lainnya yang ada di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang.

b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literature dan dokumen serta data yang diambil dari wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang, yang ada  dilapangan dan yang terdapat di lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian, dan laporan-laporan penelitian.

4.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari teknik pengumpulan data tersebut, penjelasannya dideskripsikan sebagai berikut:
a.       Observasi
Observasi merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik atas fenomena-fenomena yang diselidiki.[12]Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat lansung dengan mengamati objek yang diteliti, yaitu bagaimana pola komunikasi dakwah dalam pembinaan akhlak remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka.
b.      Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab secara lansung dengan orang-orang yang terlibat sebagai Pembina remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang maupun remajanya. Dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas berupa pola komunikasi dakwah dalam pembinaan akhlak remaja sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yakni gabungan antara wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.
c.       Dokumentasi
Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dan arsip-arsip milik wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang, ataupun tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan bahasan penelitian penulis.

5.      Analisis
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis data yang merupakan proses pengaturan urutan data, mengorganisasikannya kedalam satu kategori, dan satuan urutan data. Adapun Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan  atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Adapun langkah-langkah dalam proses analisis data dalam penyajian:
a.       Proses Pengumpulan Data.
Bahwa, kebanyakan data kualitatif berupa kata-kata, fenomena dan prilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari hasil observasi dengan menggunakan Teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan menggunakan alat bantu.
b.      Tahap Reduksi Data
Yaitu proses penyederhanaan data, memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Dengan cara ini data penelitian yang sangat banyak dipilih sesuai keterkaitan judul, yaitu Pola Komunikasi Dakwah Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Wilayah Kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka. Sehingga, keberadaan kegiatan remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindangdapat dianalisa dengan mudah.
c.       Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart ataupun sejenisnya dan juga menggunakan teks yang bersifat naratif.
d.      Kesimpulan dan Verefikasi
Langkah ini dimulai dengan memaparkan pola, judul, hubungan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Mengarah pada bagaimana pembinaan pembinaan remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan sebagai hasil temuan lapangan.


[1] Shahih Al-Bukhari 3/1275 no 3274
[2] Dr. Bambang S. Ma’arif. Komunikasi Dakwah Daradigma Untuk Aksi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Cet.1. 2010. Hlm.2
[3] Asep Syamsul M. Romli. Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis. www.romeltea.com: ASM. Romli. 2013. hlm.16
[4] http://mudzaa.blogspot.co.id/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
[5] HR.  Al-Bukhari  no.  620  dan  Muslim  no.  1712
[6] Ahmad Mujahid Ramdhani.Strategi Dakwah Internet Situs www.alsofwah.or.id Sebagai Sumber Informasi Islam. Yogyakarta: Jurnal Skripsi, 2007
[7] Milton Mayeroff.Seni Memperhatikan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cet.1. 1993. hlm.29
[8]Nur Syam.Metodelogi Penelitian Dakwah. Solo: Ramadani. Cet.1. 1991. hlm.11
[9]Rahmad Jalaludin.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet.1. 2002. hlm.24
[10]Lexy Moleong.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet.1  2009. hlm.122
[11]M. Burhan Bungin.Penelitian Kualitatif . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet.2. 2012 hlm.68
[12]Hadi Sutrisno, Metode Reseach. Yogyakarta: Andi Offset. Cet.2. 1995. Hlm.136

Tidak ada komentar:

Posting Komentar