BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu kewajiban individual setiap
Muslim. Karena dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian ajaran Islam yang menyeru dalam kebaikan dengan tujuan utama mewujudkan kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SAW.
yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan yang diridhai oleh AllahSAWsesuai dengan segi atau bidangnya
masing-masing.
Kesadaran akan
kewajiban berdakwah harus ada pada diri setiap Muslim. Berdakwah sama wajibnya
dengan ibadah ritual seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Setiap Muslim
adalah da'i (juru dakwah). Menjadi
seorang Muslim, otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubaligh, bila dan dimana saja, di segala bidang dan ruang. Kedudukan kuadrat
yang diberikan Islam kepada pemeluknya ialah menjadi seorang Muslim merangkap
menjadi juru dakwah atau mubaligh, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
بَلِّغُوا
عَنِّى وَلَو آيَةً
Artinya:
”Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat”[1]
Dalam kegiatan
dakwahsering kali diartikan ditengah-tengah
masyarakat hanya berupa ceramah agama yakni ulama sebagai pendakwah
menyampaikan pesannya dihadapan
khalayak. Sejatinya, dakwah bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh agama,
karena dakwah Islam memiliki cakupan yang luas dalam semua aspek kehidupan. Ia memiliki ragam
bentuk, metode, media, pesan, pelaku dan mitra dakwah. Apapun yang terkait
dengan Islam pasti ada unsur dakwahnya.
Salah satu dari unsur dakwah adalah materi
dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan kepada mitra dakwah.
Dalam hal ini pesandakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Inti ajaran agama
Islam adalah meliputi akidah, syariah dan akhlak. Akidah merupakan pondasi
utama dalam beragama, yang di dalamnya memuat sistem keyakinan atau iman. Syariah meliputi sistem peribadatan makhluk dengan khaliqnya,
sedangkan akhlak meliputi sistem relasi antar makhluk.
Dakwah berusaha membimbing
untuk membimbing umat
Islam agar kesadaran
keagamaannya tumbuh dalam
melaksanakan ajaran agama
dengan cara yang
bijak sehingga memberikan
dampak yang konstruktif
bagi kehidupan masyarakat
luar. Herman Soerwardi
mengemukakan tiga tujuan
operasional dakwah, yaitu:
(1) menjadikan orang
lurus dan benar
dengan melakukan kebaikan
dan menghilangkan
kemungkaran (amar ma’ruf
dan nahyi munkar);
(2) melahirkan kekuatan
pada diri seseorang
melalui karya-karyanya, karsa;
(3) meningkatkan propesionalisme dibidang masing-masing.[2]
Dalam komunikasi
dakwah nilai-nilai Islam
disosialisasikan dengan cara
yang bijak dan
damai. Dan menyampaikan
pesan-pesannya dengan cara
yang gampang dimengerti
oleh jama’ah, terutama
pada anak-anak dan
remaja yang mana
mereka masih belum
bisa menempatkan diri
dalam berpikir yang
logis. Namun kadang-kadang
masih bernuansa indoktrinasi,
menakut-nakuti, dan kurang
mampu mengembangkan penalaran
masyarakat sehingga masyarakat tidak bisa
berpikir logis.
Oleh karena
itu, pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi dakwah kepada khalayak
harus mengandung:
Pertama, Basyiran wa Nadziran,
kabar baik dan peringatan. Basyira atau kabar gembira adalah informasi
mengenai pahala, imbalan, berkah, manfaat, faidah, kebaikan,
atau keuntungan bagi pelaku kebaikan atau yang menjalankan ajaran Islam
(perintah Allah SWT). Sedangkan Nadzira (peringatan) adalah kabar
buruk.berupa informasi tentang ancaman atau balasan bagi pelaku
keburukan, kejahatan, atau perilaku yang bertentangan dengan
ajaran Islam (pelanggaran atas larangan
Allah SWT). Adapun kedua, ‘Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, ajakan kepada kebaikan (ma’rufat) atau menegakkan kebaikan sekaligus
mencegah dan melenyapkan kemunkaran (munkarot) atau keburukan.[3]
Agar komunikasi dakwah bisa
meliputi akidah, syariah dan akhlak harus memiliki metode dalam penyampaian
dakwah dengan menyesuaikan lingkungan, jaman, dan khalayak. Jika melihat realita masyarakat di era modern saat ini, dakwah dengan
menggunakan metode klasik (ceramah) lebih didominasi oleh kelompok orang tua
ketimbang remaja sehingga banyak dikalangan remaja minimnya pengetahuan
ilmu agama.
Pemberian wawasan keagamaan kepada psikolog iremaja sangat penting hal ini bertujuan untuk
pembentukan prilaku yang baik dan terarah. Perkembangan
secara biologis dan fisiologis dalam
diri remaja dapat berimbas pada terbentuknya perilaku-perilaku maupun
penyimpangan-penyimpangan perilaku yang baru bagi para remaja. Hal ini karena
remaja memiliki sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan
mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat,
pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan dan
lain-lainnya.
Remaja kelompok masyarakat yang
paling besar jumlahnya dibandingkan dengan kelompok lain. Oleh karena
itu, jika kelompok yang jumlahnya banyak
ini berada dalam kondisi moral yang membahayakan nasib dan masa depannya, maka
akibatnya tidak hanya untuk yang bersangkutan saja, tetapi juga bagi
kelangsungan hidup bangsa pada umumnya, karena para remaja merupakan aset bangsa yang ditangannyalah nasib masa depan
bangsa berada. Dalam hal ini tidak berlebihan
karena fase remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa.
Dalam fase peralihan
dari anak menuju dewasa, remaja lebih
banyak memiliki potensi diri untuk berkembang, baik dalam aspek biologis,
psikologis maupun kesenangan-kesenangan dalam kehidupan, dan juga secara pisik
maupun psikis. Perubahan pisik merupakan perubahan rangkaian yang paling jelas
dan Nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis
dan fisiologis yang berlansung
pada masa pubertas
atas pada awal masa remaja yaitu
sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pad apria.[4]
Adapun
pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional, perkembangan kognitif
(kemampuan berfikir) remaja dapat
digambarkan sebagai berikut: secara intelektualnya remaja mulai dapat berfikir
logis tentang gagasan abstrak; mulai menyadari proses berfikir efisien dan
belajar berinstropeksi; wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi
agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri). Sedangkan pada perubahan
psikis adalah semua perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat dengan membawa
akibat bahwa fokus utama dari perhatian
remaja adalah dirinya sendiri.
Masyarakat
sekarang sangat memperhatinkan dalam
pemahaman agamanya, minimnya
pengetahuan agama membuat
mereka lebih cendrung
hanya memikirkan dunia
sendiri. Sebagaimana dalam
pengamatan sementara penulis
bahwa moralitas keagamaan
sekarang sangat perlu
untuk diperbaiki khususnya
kepada anak-anak remaja,
seperti perbuatan kriminalitas
pencurian, minun- minuman keras, dan
perbuatan asusila lainnya. dengan
kejadian ini berbagai
media massa sering
meliput tindakan kriminalitas
yang kerap kali
dilakukan oleh minoritas
remaja. Hal ini
memberi pengaruh akhlak
masyarakat ke akhlak
yang buruk.
Di zaman yang
serba modern ini, remaja semakin lupa dengan apa yang seharusnya mereka
kerjakan sebagai generasi penerus yaitu kewajiban belajar, patuh pada orangtua
dan juga agama. Para remaja sekarang lebih mementingkan hura-hura (hedonis)
dan memperturutkan hawa nafsu dari pada
menjalankan kewajiban. Hal inilah yang dikhawatirkan, moral bangsa akan
terabaikan dan tidak sedikit orang tua yang lebih cenderung memenuhi kebutuhan
fisik buah hatinya dari pada kebutuhan ruhani mereka.
Faktor yang
mempengaruhi terhadap nilai dan moral remaja adalah faktor lingkungan yang mencakup aspek psikologis,
sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terjadi dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain
itu juga kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai
sarana rekreasi yang tersedia didalam lingkungannya akan berpengaruh juga
terhadap perkembangan nilai dan norma tersebut.
Sudah menjadi
tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu
pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, remaja yang
tumbuh dan berkembang
pada lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat
yang kondusif yang
penuh rasa aman
secara psikologis, pola
interaksi yang demokratis,
penuh kasih sayang, tidak menjadi jaminan
akhlak yang baik
bila tidak diimbangi
dengan dunia religiusnya.
Sehingga kepercayaan kepada Tuhan
tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan
lagi. Longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan
pengontrol yang ada di dalam dirinya.
Dakwah
dapat dipandang sebagai
proses pendidikan apabila
proses tersebut berjalan
dengan baik di kalangan
remaja, maka akan
menghasilkan generasi muda
yang memiliki komitmen
yang kuat. Mereka
adalah para pemuda
yang selalu siap
mengemban misi kemanusiaan
kepada masyarakat yang ada di lingkungannya dan siaga dalam memenuhi
panggilan yang diserukan oleh negara. Dakwah
untuk remaja dapat
disandarkan pada salah
satu hadits Nabi
Muhammad SAW yang
disampaikan oleh Abu
Hurairah sebagai berikut:
سَبْعَةٌيُظِلُّهُمْاللَّهُفِيظِلِّهِيَوْمَلَاظِلَّإِلَّاظِلُّهُ: الْإِمَامُالْعَادِلُوَشَابٌّنَشَأَفِيعِبَادَةِرَبِّهِوَرَجُلٌقَلْبُهُمُعَلَّقٌفِيالْمَسَاجِدِوَرَجُلَانِتَحَابَّافِياللَّهِاجْتَمَعَاعَلَيْهِوَتَفَرَّقَاعَلَيْهِوَرَجُلٌطَلَبَتْهُامْرَأَةٌذَاتُمَنْصِبٍوَجَمَالٍفَقَالَإِنِّيأَخَافُاللَّهَوَرَجُلٌتَصَدَّقَأَخْفَىحَتَّىلَاتَعْلَمَشِمَالُهُمَاتُنْفِقُيَمِينُهُوَرَجُلٌذَكَرَاللَّهَخَالِيًافَفَاضَتْعَيْنَا
Artinya:
Ada
tujuh golongan manusia
yang akan mendapat
naungan Allah pada
hari yang tidak
ada naungan kecuali
naungan-Nya: 1. Pemimpin
yang adil, 2.
Pemuda yang tumbuh
di atas kebiasaan
ibadah kepada Rabbnya,
3. Lelaki yang
hatinya terpaut dengan
masjid, 4. Dua
orang yang saling
mencintai karena Allah,
sehingga mereka tidak
bertemu dan tidak
juga berpisah kecuali
karena Allah, 5.
Lelaki yang diajak
(berzina) oleh seorang
wanita yang mempunyai
kedudukan lagi cantik
lalu dia berkata,
Aku takut kepada
Allah, 6. Orang
yang bersedekah dengan
sembunyi-sembunyi, hingga tangan
kirinya tidak mengetahui
apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya,
7. Orang yang
berdzikir kepada Allah
dalam keadaan sendiri
hingga kedua matanya
basah karena menangis.[5]
Hadits di
atas secara jelas
dapat menjadi penegas
bahwa dakwah dikalangan
remaja menjadi penting
untuk menjadikan remaja
maupun pemuda sebagai
generasi penerus yang
terbiasa beribadah. Secara
langsung, dalam hadits
tersebut, tujuan dakwah
adalah untuk memasukkan
remaja kedalam salah
satu dari tujuh
golongan yang masuk
surga. Adapun secara
duniawi, dengan adanya
dakwah dikalangan remaja
akan menjadikan remaja
sebagai generasi penerus
bangsa dan syiar
agama yang berkualitas.
Seorang remaja
bisa mengantisipasinya dengan
berbagai macam etika
terutama dalam berkomunikasi, yang
mana dalam hal
ini penulis ingin
mengkaji masalah tentang
bagaimana pola pembelajaran
berkomunikasi yang tak
lepas dari komunikasi
dakwah. Maka penulis
sangat tertarik untuk
mengadakan penelitian dan
diolah menjadi karya
tulis ilmiah dalam
bentuk skripsi yang
berjudul: “Pola Komunikasi
Dakwah Dalam Pembinaan
Akhlak Remaja Di Wilayah Kerja
PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pada uraian latar
belakang tersebut diatas,
maka untuk lebih
mengarahkan penelitian permasalahan
dalam proposal ini
dirumuskan secara oprasional
sebagai berikut :
1. Bagaimana pola komunkasi dakwah
di wilayah kerja PC Persis
Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
2. Bagaimana pembinaan
akhlak remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec.
Cikijing Kab. Majalengka
3. Apa saja faktor-faktor
pendukung dan penghambat
dalam pembinaan
akhlak remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka.
C. Tujuan dan
Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
batasan dan rumus masalah
di atas, maka
tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah:
a.
Untuk mengetahui
pola komunikasi dakwah di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang
Kec. Cikijing Kab.. Majalengka.
b.
Untuk mengetahui pembinaan
akhlak remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
c.
Untuk
mengetahui faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam pembinaan
akhlak remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka.
2.
Manfaat
Penelitian
Adapun
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a.
Secara
teoritis
1)
Hasil
penelitian ini dapat
menjadi wacana tentang
pengembangan metode dakwah,
khususnya yang berhubungan
dengan dakwah di
kalangan remaja.
2)
Penelitian
ini diharapkan mampu
menjadi tambahan dan
media pembanding dalam
khazanah keilmuan di
bidang komunikasi dan
penyiaran Islam, khususnya
berkaitan dengan metode
dakwah bagi para
remaja.
b.
Secara praktis
1)
Penelitian
ini dapat dijadikan
sebagai salah satu
sarana penulis dalam
mempraktekkan ilmu-ilmu pengetahuan
(teori) yang telah
penulis dapatkan selama
belajar di institusi
tempat penulis belajar.
2)
Hasil
penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat
sebagai contoh sekaligus
acuan dalam upaya
mengembangkan metode dakwah
di masyarakat, khususnya
bagi kalangan remaja.
D.
Kerangka Berpikir
Kerangka pikir
dapat berupa kerangka
teori dan dapat
pula berupa kerangka
penalaran logis. Kerangka
pikir merupakan uraian
ringkas tentang teori
digunakan dan cara
menggunakan teori tersebut
dalam menjawab pertanyaan
penelitian.[6] kerangka
berpikir itu bersifat
operasional yang diturunkan
dari satu atau
beberapa teori atau
dari beberapa pernyataan-pernyataan logis.
Dalam kerangka berpikir
inilah akan didudukan
masalah penelitian yang
telah diidentifikasikan dalam
kerangka teoritis yang
relevan dan mampu
mengungkap, menerangkan serta
menunjukan perspektif terhadap
atau dengan masalah
penelitian.
Dalam proses pemikiran
mengenai pola komunikasi dakwah
dalam pembinaan akhlak
remaja. Pembinaan adalah
usaha, tindakan dan
usaha yang dilakukan
secara berdayaguna dan
berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang
baik. Artinya, sebuah
kegiatan yang dilaksanakan
secara efektif dan
efisien untuk memelihara
dan meningkatkan suatu
kondisi positif yang
sudah ada. Apa
bila keadaannya terdapat
keadaan yang kurang
baik, maka diadakan
kegiatan untuk memperbaiki
keadaan tersebut.
Oleh sebab itu, dalam komunikasi
dakwah untuk pembinaan
akhlak ramaja seorang
da’i perlu mempunyai metode
(uslub) atau pemikiran terdepan sehingga ia
bisa menyampaikan dakwahnya
secara bijak dan
arif. Untuk mengetahui
bagaimana metode atau
strategi untuk menangani problematika remaja dan
bisa diterapkan dalam
psikologi remaja, maka
perlu berangkat dari
teori awal mengenai
metode dakwah itu
sendiri. Berawal dari
beberapa metode tersebut
dapat dikembangkan dalam
penerapan melalui terlebidahulu
mengetahui problematika objek.
Seorang
filsuf berkebangsaan Amerika
mengembangkan teori untuk
memengaruhi orang lain
agar berubah menjadi
lebih baik. Beliau
menamai teorinya on
caring (seni memperhatikan). Dalam
buku “Seni Memperhatikan” Mayeroff
menulis:
Memperhatikan berarti menolong pribadi lain berkembang
dan mewujudkan diri merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi dengan
seseorang yang mengandaikan perkembangan, sama halnya dengan persahabatan yang
hanya dapat terbentuk dalam waktu berkat kepercayaan timbal balik dan melalui
transormasi kualitatif sebuah relasi yang semakin mendalam.[7]
Mayeroff,
dalam teori tersebut
menandaskan bahwa pada
intinya, dalam merubah orang
lain kita harus
terlebih dahulu mengenal
orang lain tersebut,
kemudian memercayai orang
tersebut dapat dan
ingin berubah dengan
penuh kesabaran. Pada
akhirnya, seluruh aktifitas
memperhatikan yang kita
lakukan akan mendorong
orang tersebut untuk
termotivasi merubah dirinya
menjadi lebih baik.
Dalam
mengubah orang lain,
kita harus mengubah
sikap kita terhadap
mereka (tentu saja
dalam artian positif)
agar kita mendapatkan
perhatian mereka. Setelah
perhatian mereka dapat
kita curi, biasanya
mereka akan menerima
apa yang kita
sampaikan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Baqarah
ayat 44:
أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ
أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Artinya:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir”. (QS al-Baqarah
2:44)
Proses penerapan
dakwah kepada psikologi
remaja harus memahami
kondisi remaja yang
menjadi pihak penerima
materi dakwah. Selain
pemahaman terhadap kondisi
diri remaja, da’i
juga harus memperhatikan
keadaan lingkungan dan
perkembangan budaya remaja
yang sedang berlangsung.
Seperti diera modern
saat ini, kenakalan
remaja adalah topik
yang sangat penting
untuk dibicarakan. Terutama
bagi kedua orang
tua dan orang-orang
yang memiliki kepedulian
sosial. Oleh sebab
itu, da’i perlu
mengembangkan metode dakwahnya
dalam komunikasi dakwah
agar bisa menerapkannya
dalam proses pembinaan
akhlak remaja.
Terkait
dengan pengembangan metode,
Islam tidak melarang
tentang penggunaan metode
dalam berdakwah. Hal
ini dapat terlihat
dari firman Allah
SWT dalam Q.S.
An-Nahl ayat 125:
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِٱلۡحَسَنَةِۖ
وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ
عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl 16:125)
Firman Allah
di atas menjelaskan
bahwa dalam menyeru
kejalan Allah azza
wa jalla, umat
Islam diperbolehkan menggunakan
salah satu, sebagian
maupun seluruh metode
yang disebutkan dalam
firman tersebut. Oleh
sebab itu, metode
apapun yang digunakan
dalam berdakwah, asal
tidak bertentangan dengan
syari’at Islam, dapat
dipergunakan untuk mengembangkan
syiar Islam.
E.
Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian
ini, berdasarkan tema yang ada maka peneliti menggunakan penelitian dekriptifkualitatifdengan pendekatanfenomenologis.
Penelitian kualitatif ialah penelitian yang sifatnya holistik dan sistematik terkait sebagai
keseluruhan, tidak tertumpu pada pengukuran, sebab penjelasan mengenai suatu
gejala diperoleh dari perilaku, atau pelaku sendiri yang menafsirkan mengenai
tindakannya. Alat pengumpulan datanya adalah penelitian sendiri.[8]Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan
data, serta analisis dan penafsiran data tersebut.Penelitian kualitatif
ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif
pertisipan.[9]
Pertisipan adalah orang-orang yang diajak
berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat pemikiran dan
persepsinya. Kemudian secara holistik dengan cara mendeskrifsikan dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatklan berbagai metode alamiah.[10]
2. Jenis Data
Jenis
data yang digunakan penulis dalam penelitian ini jenis data yang bersifatkualitatif
yaitu data yang berbentuk kata-kata, dalam bentuk angka-angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data seperti wawancara,
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang
diperoleh melalui potretan atau rekaman video.
Adapun format deskriptif kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai penomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek
penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai situasi
ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi,
ataupun fenomena tertentu.[11]
Deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam
bentuk studi kasus yang merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan
yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang
berbagai variabel sosial.
3. Sumber Data
Sumber data yang
digunakan adalah sumber data prime dan data skunder:
a. Data Primer
Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari
narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi
yang relevan dan sebenarnya di lapangan.
Data Primer yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan pembina remaja dan masyarakat setempat yang ada di wilayah kerja PC
Persis Cikijing
desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka yaitu: Ust. Ajang Supriatna sebagai Mudir MTS
PERSIS SINDANG, Ust. Zafar Sidiq A sebagai ketua Pembina remaja MTS PERSIS
SINDANG, Bapak Sahnan sebagai Ketua DKM masjid AL-Furqan desa Sindang tempat salah
satu berlansungnya pembinaan remaja, beberapa masyarakat dan remaja lainnya yang ada di wilayah kerja PC Persis
Cikijing desa Sindang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literature dan
dokumen serta data yang diambil dari
wilayah kerja PC Persis Cikijing
Desa Sindang, yang ada dilapangan
dan yang terdapat di lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian, dan laporan-laporan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari teknik pengumpulan data tersebut, penjelasannya dideskripsikan
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pertama yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik atas fenomena-fenomena yang diselidiki.[12]Teknik observasi atau
pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat lansung dengan mengamati objek
yang diteliti, yaitu bagaimana pola komunikasi dakwah dalam pembinaan akhlak
remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab.
Majalengka.
b. Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab secara lansung dengan
orang-orang yang terlibat sebagai Pembina remaja di wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang maupun remajanya.
Dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas berupa pola komunikasi
dakwah dalam pembinaan akhlak remaja sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Sedangkan Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur yakni
gabungan antara wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.
c. Dokumentasi
Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisan-tulisan
berbentuk catatan, buku, dan arsip-arsip milik wilayah kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang, ataupun
tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan bahasan penelitian penulis.
5. Analisis
Analisis dalam
penelitian ini adalah analisis data yang merupakan proses pengaturan urutan
data, mengorganisasikannya kedalam satu kategori, dan satuan urutan data.
Adapun Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan
objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Adapun
langkah-langkah dalam proses analisis data dalam penyajian:
a. Proses Pengumpulan Data.
Bahwa, kebanyakan data kualitatif berupa kata-kata,
fenomena dan prilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari hasil observasi
dengan menggunakan Teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan menggunakan
alat bantu.
b. Tahap Reduksi Data
Yaitu proses penyederhanaan data,
memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Dengan cara ini
data penelitian yang sangat banyak dipilih sesuai keterkaitan judul, yaitu Pola
Komunikasi Dakwah Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Wilayah Kerja PC Persis Cikijing Desa Sindang
Kec. Cikijing Kab. Majalengka. Sehingga, keberadaan kegiatan remaja
di wilayah kerja PC Persis
Cikijing Desa Sindangdapat dianalisa dengan mudah.
c. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart ataupun sejenisnya dan juga menggunakan teks yang
bersifat naratif.
d. Kesimpulan dan Verefikasi
Langkah ini dimulai dengan
memaparkan pola, judul, hubungan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan
sebagainya. Mengarah pada bagaimana pembinaan pembinaan remaja di wilayah kerja
PC Persis Cikijing Desa Sindang,
dan diakhiri dengan menarik kesimpulan sebagai hasil temuan lapangan.
[1]
Shahih Al-Bukhari 3/1275 no 3274
[2]
Dr. Bambang S. Ma’arif. Komunikasi Dakwah Daradigma Untuk Aksi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. Cet.1. 2010. Hlm.2
[3]
Asep Syamsul M. Romli. Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis. www.romeltea.com:
ASM. Romli. 2013. hlm.16
[4]
http://mudzaa.blogspot.co.id/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
[5]
HR. Al-Bukhari no.
620 dan Muslim
no. 1712
[6]
Ahmad Mujahid Ramdhani.Strategi Dakwah Internet Situs www.alsofwah.or.id
Sebagai Sumber Informasi Islam. Yogyakarta: Jurnal Skripsi, 2007
[7]
Milton Mayeroff.Seni Memperhatikan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Cet.1. 1993. hlm.29
[8]Nur Syam.Metodelogi Penelitian Dakwah. Solo:
Ramadani. Cet.1. 1991. hlm.11
[9]Rahmad
Jalaludin.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosda Karya. Cet.1. 2002. hlm.24
[10]Lexy Moleong.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya. Cet.1 2009. hlm.122
[11]M. Burhan
Bungin.Penelitian Kualitatif . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Cet.2. 2012 hlm.68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar