Senin, 07 Mei 2018

Contoh Soal Madrasah Diniyah

   Menjadi seorang pengajar (Guru) pastilah sudah menjadi kewajiban dalam membuat soal-soal untuk hasil penilaian akhir dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui seberapa pahamnya para murid dengan materi yang telah kita sampaikan. namun terkadang karena terlalu sibuk atau banyaknya kegiatan-kegiatan sehingga lupa dengan kewajiban kita untuk membuat soal-soal ujian, maka dari itu ana sendiri postingkan beberapa soal Madrasah Diniyyah mungkin bisa jadi refrensi untuk pembuatan soal-soalnya, dan bisa mengurangi waktunya jadi bisa lebih cepat bersantai.

filenya bisa lasung dilihat dibawah ini
contoh soal DTA kelas 2 Tahun ajaran 2017-2018:


  Semoga bermanfaat...... salam ukhuwah...!!

Jumat, 27 April 2018

PENELITIAN TEORI POLA KOMUNIKASI DAKWAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA



POLA  KOMUNIKASI  DAKWAH  DALAM  PEMBINAAN  AKHLAK  REMAJA

Setelah  peneliti  mengikuti  kegiatan  yang  ada  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang  Kec. Cikijing  Kab. Majalengka  dan  mendapat  temuan-temuan  data  di  lapangan  baik  itu  berasal  dari  wawancara,  dokumen  ataupun  dari  hasil  pengamatan  lapangan,  selanjutnya  peneliti  menganalisa  temuan  data  yang  sudah  didapat  dengan  mengkomparasikan  dengan  teori-teori  yang  tetera  pada  bab  II.
Adapun  pola komunikasi  dakwah  dalam  pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang  Kec. Cikijing  Kab. Majalengka  sebagai  berikut:

A.      Pola  Komunikasi  Dakwah Di Wialayah KerjaPCPersis Cikijing Desa Sindang Kec. Cikijing Kab, Majalengka
Pada  peneliti  ini,  penulis  menemukan  beberapa  macam  pola  komunikasi dakwah  yang  menggunakan  penggabungan  dari  metode  dakwah  dengan  metode  komunikasi  yang  terjadi  di  wilayah kerja PCPersis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka  yaitu  sebagai  berikut:
1.      Bil lisan
Metode   bil  lisan  yang  digunakan  PC  Persis Cikijing desa Sindang, mencangkup  komunikasi  dakwah  dalam  metode ceramah,  diskusi,  pecakapan  antar  pribadi,  silaturahmi.

a.       Komunikasi  dakwah  dalam  metode  ceramah
Metode ceramah ini merupakan metode penyampaian materi  dakwah  yang diberikan oleh asatidz  (para  ustadz)  dalam bentuk tatap muka langsung atau yang disebut komunikasi satu arah, yaitu  menempatkan  komunikator  sebagai  pemberi  aksi  dan  komunikan  hanya  sebagai  penerima  aksi  saja.  Demikian  halnya  dalam  proses  pengajaran  seorang  ustadz  lebih  aktif  dalam  menyampaikan  bahan  pengajaran,  sedangkanremaja  (peserta didik)  hanya  bisa  menerima  apa  yang  disampaikan  oleh  ustadz  tanpa  berkomentar  apapun.  Ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai tertentu.
Seperti yang peneliti saksikan  proses  pada pengajian-pengajian rutin yang dilakukan di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang pada  setiap  malam  sabtu,  bahwa mereka mengunakan metode ceramah, dimana pemateri memberikan pesan atau materi dakwahnya kepada peserta  didikdengan satu arah atau dengan tatap muka langsung antarapemateridenganpeserta  didikdan jama’ah  lain  yang  mengikuti  mendapatkan  materi  yang  sama.

b.      Komunikasi  dakwah  dalam  metode  diskusi
Diskusi  merupakan  metode  yang  bertujuan  untuk  memecahkan  suatu  permasalahan  atau  untuk  mencari  solusi  dari  akar  suatu  masalah  dengan  cara  bertukar  pikiran  atau  yang  disebut  komunikasi  dua  arah,  yaitu  sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  asatidz  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang mengamanahkan  kepada  peserta  didik  dalam melaksanakan  suatu  kegiatan  keagamaan  agar  terlaksana  sebagaimana  yang diharapkan.
Ustadz  (komunikator)  bisa  berperan  sebagai  pemberi  aksi  dan  penerima  aksi.  Demikian  pula  halnya  peserta  didik  (komunikan),  bisa  berperan  sebagai  penerima  aksi  dan  bisa  pula  sebagai  pemberi  aksi.  Dalam  proses  pengajaran  baik  ustadz  maupun  peserta  didik  dapat  berperan  ganda  sebagai  pemberi  dan  penerima  aksi  atau  komunikasi  ini  bisa  dikatakan  komunikasi  interpersonal,  yaitu  proses  pertukaran  informasi  antara  komunikator  dengan  komunikan  yang  feedbecknya  secara  lansung  dapat  diketahui,  serta  komunikator  dan  komunikan  memiliki  dua  fungsi  sekaligus. 
Dengan mendiskusikan masalah yang ada maka sikomunikan akan lebih mudah paham dan apabila ada yang kurang paham akan didiskusikan secara bergatian. Ini dilakukan setelah selesaipenyampaian  materi. Jadi parakomunikandibebaskan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah sampai mereka paham. Selain itu, untuk memahamkan materi yang telah disampaikan, maka   peserta  didik di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang lansung  mempraktekkandalam  keseharian  mereka.

c.       Komunikasi  dakwah  dalam  Percakapan  antar  pribadi
Percakapan antar pribadi merupakan metode dakwah yang menggunakan kesempatan yang baik dalam percakapan bebas dansebagainya. Metode dakwah dengan menggunakan percakapan pribadi ini cenderung melibatkan satu, dua atau tiga orang saja, dan melibatkan kemapuan emosional yang tinggi.
Dalam perkembangan  metode  komunikasi  dakwah  ini sangat membantu dalam merengkrutremaja.  PCPersis Cikijing desa Sindangjuga menggunakan metode ini dalam  pembentukan  akhlak  remaja, dan  menambah  wawasan  mereka  yang  berkaitan dengan pemahaman agama Islam maupun ilmu umum karena ustadz-ustadzdisana memiliki latar belakang yang berbeda, ada yangbackgrounddari umum seperti  sarjana Pendidikan dalam  Bahasa  inggris,  sarjana  komputer,  sarjana  ekonomi,dan lain-lain. Jadi wawasannya bukan cuma ilmu agama saja tapi juga ada ilmu umum.

d.      Komunikasi  dakwah  dalam  silaturahmi
Silaturahmi  adalah  salah  satu  metode  yang  digunakan  di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang.  Silaturahmi ini  sebagai  sarana  untuk  mempererat  antar  asatidz  dengan  wali  peserta didik  dan  juga  salah  satu  metode  dakwah  yang  digunakan  dalam  merekrut  masyarakat  luar di wilayah kerja  PC  Persis Cikijing desa Sindang karena  mereka  ikut  juga  diundang.  Jadi  masyarakat  luar  bisa  bergabung  dalam  acara  tersebut,  dan  biasanya  masyarakat  yang  datang  ada  yang  bertanya  tentang  apa  tujuan  dari  acara  tersebut.  Sehingga  melalui  pertanyaan  itulah  mereka  menjelaskan  dan  menyampaikan  dakwahnya.

2.      Bil  hal
Bil  hal  merupakan  metode  komunikasi  dakwah  yang  digunakan di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang  khususnya  dalam  pendidikan.  Metode  ini  merupakan  salah  satu  system  yang  dipakai  dengan  system  pembinaan  dan  pengembangan.  Sehingga  membantu  dalam  membangun  mengembangkan  sumber  daya  manusia  yang  handal  dan  diharapkan  mampu  menjadi  generasi  yang  tidak  saja  pandai  di  bidang  ilmu  umum,  teknologi  (IPTEK),  tapi  juga  mahir  dan  ahli  dalam  ilmu  agama  (IMTAK).
Temuan  data  yang  peneliti  dapatkan  terkait  dengan  metode  ini,  bahwa di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindangmenggunakan  metode  ini  antara  lain:
b.      Latihan  kultum  yang  dilakukan  setiap  hari  sabtu  -  kamis  secara  bergantian  oleh  peserta  didik  pada  waktu  ba’da  sholat  isya’.
c.       Latihan  public  speaking  bahasa  ingris  dan  bahasa  arab  yang  dilakukan  setiap  hari  minggu  oleh  peserta  didik  pada  waktu  ba’da  sholat  asar.
Adapun  yang  menjadi  unggulan  dalam  pembinaan  remaja  di wilayah kerja PCPersis Cikijing desa Sindangsalah  satunya  ialah  belajar  baca  tulis  dan  menghafal  al-Qur’an. 

B.       Pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
Dalam  proses  pembinaan  akhlak  remaja  yang  ada  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang.  Penulis  menemukan  beberapa  unsur-unsur  komunikasi,  asatidz  yang  merupakan  sebagai  komunikator  dalam  menyampaikan  pesan  (materi  pelajar/  pembinaan  akhlak)  kepada  peserta  didiknya.  Adapun  pesannya  itu  adalah  berupa  materi  pelajaran/pembinaan  akhlak  yang  dilakukan  oleh  asatidz  kepada  peserta  didiknya.  Dan  peserta  didiknya  sendiri  sebagai  komunikan  atau  penerima  pesan  yang  telah  disampaikan  oleh  asatidz  tersebut.  Sedangkan  yang  menjadi  medianya  adalah  sekolah  dan  masjidz  tempat  terjadinya  komunikasi  antara  asatidz  dengan  peserta   didik  khususnya  dalam  pembinaan  akhlak  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang.  Maka  dari  situlah  timbul  efek  komunikasi  dimana  asatidz  menjadi  teladan  yang  baik  bagi  peserta  didiknya  dalam  bersikap  dan  berucap,  sehingga  peserta  didiknya  dapat  mencontohnya  dalam  kehidupan  sehari-hari  mereka  baik  dilingkungan  sekolah,  lingkungan  keluarga,  maupun  lingkungan  masyarakat.
Selanjutnya  jika  melihat  pola  komunikasi  yang  berlansung  dalam  kegiatan  pembinaan  akhlak  yang  telah  dilakukan  oleh  asatidz  terhadap  peserta  didik di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang  menurut  pengamatan  penulis  sudah  dilakukan  pola  komunikasi  dakwah  yang  efektif  dan  sangat  efesien  untuk  melangsungkan  kegiatan  tersebut.
Proses  pembinaan  akhlak  yang  terjadi  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang merupakan  suatu  komunikasi  tatap  muka  (face to face),  dan  komunikasi  tersebut  mempunyai  ciri-ciri  komunikasi  kelompok,  jika  dilihat  dari  segi  sasaran  dan  situasi.
Adapun  ciri-ciri  tersebut  adalah:
   1.         Proses  komunikasi  yang  disampaikan  oleh  seorang  pembicara  pada  khalayak  dalam  jumlah  yang  lebih  besar  pada  tatap  muka.  Hal  tersebut  menunjukan adanya  seorang  pembicara,  dalam  hal  ini  adalah  asatidz  yang  menjelaskan  pada  khalayak  atau  peserta  didik  dengan  jumlah  yang  besar.
   2.         Komunkasi berlansung  secara  continue.  Hal  ini PC  Persis Cikijing desa Sindang menggunakan  program  suatu  kurikulum  dalam  sekolah  yang  mempunyai  jadwal  yang  pasti  dan  berlansung  secara  terus menerus.
   3.         Pesan  yang  disampaikan  terencana (dipersiapkan)  dan  bukan  spontanitas untuk  segmen khalayak  tertentu.  Maksud  dari  ciri  ini  adalah  seorang komunikator atau  pembicara  (dalam  hal  ini  asatidz)  harus  mempunyai  program  yang  terencana  atau  sudah  disiapkan  sebelumnya.  Bukan  suatu  spontanitas,  Karena  hal   tersebut harus dipertanggung  jawabkan  oleh  komunikator  terhadap  kurikulum  yang  dibebankan.

Berkaitan  dengan  penggunaan metode  pengajaran  (pembinaan)  dalam   akhlak  remaja  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang,  fungsi  metode  mengajar  tidak  dapat  diabaikan  oleh  asatidz.  Karena  metode  mengajar  tersebut  turut  menentukan  berhasil  tidaknya  proses  pembinaan  dan  merupakan  bagian  terpenting  dalam  suatu  system  pengajaran,  hal  ini  tentu  didukung  oleh  bentuk  atau  pola  komunikasi  yang  baik.[1]

C.    Faktor  pendukung,  dan  hambatan  komunikasi  dakwah  dalam  pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka
Setiap  orang  tua  pasti   mengharapkan  anak-anaknya  agar   menjadi  orang  yang  berguna  bagi  bangsa  dan  negara  serta  dapat  berbakti  kepada  orang  tua.  Namun  kenyataannya  lain,  untuk  mendapatkan  semua  itu  bukan hanya  sekedar  angan-angan  saja,  tetapi  harus  disertai  dengan  berbagai  macam  ilmu  dan  pengetahuan  serta  pembinaan  dari  asatidz  dan  orang  tua  agar  si anak  menjadi  orang  yang  berbakti  kepada  orang  tua,  maupun  bangsa  dan  negara  serta  mewujudkan  rasa  cintanya  dalam  beragama.
Adapun  pembinaan  akhlak  remaja  di wilayah kerja PCPersis Cikijing desa Sindang,  tidaklah  lain  sebagai  komitmen  sekaligus  visi  utama  PCPersis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka  untuk  mencetak  remaja-remaja  yang  mempunyai  akhlatul  karimah.  Sebagaimana  firman  Allah SWT:
 ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙƒَ Ù„َعَÙ„َÙ‰ٰ Ø®ُÙ„ُÙ‚ٍ عَظِيمٖ Ù¤
Artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(QS. Al-Qalam 68: 4)
Dan  firman  Allah SWT  lainnya:
 Ø¥ِÙ†َّآ Ø£َØ®ۡÙ„َصۡÙ†َٰÙ‡ُÙ… بِØ®َالِصَØ©ٖ Ø°ِÙƒۡرَÙ‰ ٱلدَّارِ ٤٦
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”(QS. Shaad 38: 46)
Diharapkan  remaja-remaja  terbiasa  untuk  menggunakan  akhlaknya  dalam  kehidupan  sehari-hari,  dan  tentunya  tidak  hanya  dalam  sekolah  semata  akhlak  itu  mereka  gunakan  melainkan  diluar  sekolah  juga  bisa  diterapkan.[2]

1.      Faktor  pendukung
Adapun  faktor  pendukung  dalam  pembinaan  akhlak  remaja ini  antara  lain:
a.       Adanya  kerjasama  antara  pihak  asatidz  dengan  orang  tua  peserta  didik.
b.      peserta  didik  tinggal  dilingkungan  sekolah,  jadi  keadaan  peserta  didik  lebih  terkontrol.
c.       Diadakannya  alat  olahraga  dan  buku-buku  paket  diperpustakaan,  dan  buku-buku  kepesantrenan  sehingga  memudahkan  mereka untuk  belajar  dan  bermain
d.      Lingkungan  sekolah  yang  nyaman,  sehingga peserta  didik  betah  tinggal didalamnya.

2.      Faktor  penghambat
Adapun  beberapa  faktor  penghambat  dalam  pembinaan  akhlak  remaja  antara  lain:
a.       Kurangnya  kedisiplinan  dalam  melaksanakan  peraturan  yang  ada  dalam pembinaan 
b.      Kurangnya  sarana  dan  prasarana  yang  memadai
c.       Masih  adanya  peserta  didik  yang  tidak  tinggal  di  sekolah  yang mana disekolahan tempat memudahkan asatidz dalam membina peserta didik.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pola komunikasi  dakwah  yang  digunakan di wilayah kerja PC  Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka adalah:
Bil lisanyang mengunakan metode ceramah, metode diskusi, metode percakapan antara pribadi dan silaturahmi; Bil  hal  dengan  system pembinaan dan pengembangan  melalui Pendidikan.
2.      Pembinaan akhlak remaja di wilayah kerja PC    Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka ialah:
Melalui  Pendidikan dengan  Kegiatan  tadarus; latihan kultum; latihan public speaking  bahasa Arab  dan  bahasa  Indonesia. Dan  dalam  prosesnya  menggunakan  komunikasi  tatap  muka.
3.      Factor  pendukung  ialah:
Adanya  kerjasama  antara  pihak  asatidz  dengan  orang  tua  peserta  didik;  peserta  didik  tinggal  dilingkungan  sekolah,  jadi  keadaan  peserta  didik  lebih  terkontrol;  Diadakannya  alat  olahraga  dan  buku-buku  paket  diperpustakaan,  dan  buku-buku  kepesantrenan  sehingga  memudahkan  mereka untuk  belajar  dan  bermain;  Lingkungan  sekolah  yang  nyaman,  sehingga peserta  didik  betah  tinggal didalamnya.
4.      Factor  penghambat ialah:
Kurangnya  kedisiplinan  dalam  melaksanakan  peraturan  yang  ada  dalam pembinaan;  Kurangnya  sarana  dan  prasarana  yang  memadai;  Masih  adanya  peserta  didik  yang  tidak  tinggal  di  sekolah  yang mana disekolahan tempat memudahkan asatidz dalam membina peserta didik.

B.     Saran-saran
Ada  beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan  oleh  pembina  peserta  didik di wilayah kerja PC Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka  antara  lain:
Bagi  asatidz  ataupun  Pembina  remaja lainnya  hendaknya  selalu  berusaha  menjadikan  lingkugan  hidup  remaja  yang  agamis,  dalam  arti  menunjukan  terwujudnya  pengalaman  ajaran-ajaran   agama  secara  nyata.  Harus  memiliki rasa  pengabdian dan  tanggung  jawab  yang tinggi  terhadap  pertumbuhan  dan  perkembangan  moral  remaja,  serta  memberikan  teladan  yang  baik  kepada  mereka  sehingga  bisa  dicontoh  dan  diteladani.
Dan bagi  para  peneliti  yang bermaksud  akan  melakukan  sebuah  penelitian  dengan  mengangkat  pembahasan  pola komunikasi  dakwah,  disarankan  dapat  meneruskan  penelitian ini  dengan  membahas  tentang  efektifitas  pola  komunikasi  dakwah  di wilayah kerja  PC  Persis Cikijing desa Sindang Kec. Cikijing Kab. Majalengka  ataupun  lembaga-lembaga  yang  terkait  lainnya.


[1] Ust. Ajang Supriatna, S.Pd.I. Mudir MTS PERSIS SINDANG, Kec. Cikijing, Kab. Majalengka.
[2] Ust. Zafar Shidiq. A, S. Pd, Ketua pembina peserta didik (satri) MTS PERSIS SINDANG, Kec. Cikijing, Kab. Majalengka.